BERHALA DALAM BAIT ALLAH


2 Tawarikh 7:14, “… dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.”

Firman di atas diucapkan Tuhan pada bangsa Israel. “Berdoa dan mencari wajah-Ku” adalah salah satu yang Tuhan minta dari mereka. Pertanyaannya adalah mengapa? Karena umat Allah tidak lagi berdoa, bersekutu dan mencari wajah Tuhan. Akibatnya, tanah (land)/negeri di mana mereka berdiam ‘sakit’, hingga tidak ada lagi kesuburan, kesejateraan, kesehatan, kemakmuran dan keamanan.
Kejatuhan dalam hal ibadah seperti ini seringkali dilakukan oleh bangsa Israel. Mereka seringkali lupa bahwa Tuhan lah yang telah memberkati kehidupan mereka berlimpah-limpah. Arah hati mereka mudah berbelok. Bahkan, peristiwa “mengundang api” yang dilakukan nabi Elia terjadi karena bangsa Israel melupakan Allah mereka yang setia (1 Raja-raja 18:1-39).

Wahai umat/gereja Tuhan, sampai hari ini pencobaan yang sama yang dilancarkan iblis pada Yesus juga dilancarkan iblis pada kita, yaitu pencobaan yang berusaha membelokkan arah ibadah dan penyembahan kita pada Allah yang sejati. Dan pernyataan Yesus yang penuh kuasa, yang menyatakan bahwa hanya kepada Allah saja kita harus beribadah dan berbakti (Lukas 4:8), seharusnya menjadi pernyataan kita juga.

Lukas 4:8, Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Tabut perjanjian, adalah “sesuatu” yang penting dan berarti bagi bangsa Israel. Karena ia adalah lambang kehadiran Tuhan di antara orang Israel. Bahkan dalam peperangan-peperangan yang dihadapi orang Israel, tabut tersebut juga dibawa serta ke medan tempur. Tabut perjanjian juga tidak dapat diperlakukan sembarangan. Suatu ketika, tabut perjanjian dirampas oleh orang Filistin, dan mereka meletakkan tabut itu di Asdod, dalam kuil Dagon dewa mereka. Bersebelahan (di sisi) patung Dagon. Keesokan harinya, “tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut Tuhan.” (1 Samuel 5:1-4)

1 Samuel 5:3, “Ketika orang-orang Asdod bangun pagi-pagi pada keesokan harinya, tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN; lalu mereka mengambil Dagon dan mengembalikannya ke tempatnya.”


Tanpa disadari orang Filistin, mereka telah “membawa Tuhan yang Maha Besar” ke dalam rumah dewa mereka yang mati. Ironisnya pada masa kini, masih ada dari antara kita yang mungkin saja tanpa kita sadari, membawa Dagon (berhala) dalam bait Allah (rumah Tuhan). Baik itu kita sebagai pribadi adalah bait Allah (1 Korintus 3:17), juga bait Allah dalam artian fisik (gereja). Bila kita mau jujur, dan merenungkan kenyataan di atas, maka kita akan menemukan jenis berhala apa saja yang telah kita bawa masuk. Uang, jabatan, manusia (yang memiliki jabatan tertentu), organisasi, dan sebagainya, telah kita jadikan berhala dalam bait Allah. 
Memang tidak ada yang salah dengan uang, jabatan, manusia (yang memiliki jabatan tertentu), juga organisasi. Namun ketika hal-hal tersebut telah membelokkan arah hati kita dari Tuhan, maka kita telah jatuh dalam perzinahan rohani. Karena bila seseorang telah memiliki berhala dalam hatinya maka ia telah berzinah rohani dari Tuhan ‘kekasih’ kita yang setia (Hosea 4:12). 

Pada dasarnya, arah hati kita akan menentukan arah pengabdian kita. Ketika hati kita telah terarah pada uang, maka kita akan mengabdi & mengasihi uang.  Dan selanjutnya kita akan mulai melakukan kejahatan-kejahatan yang berakar pada cinta akan uang (1 Timotius 6:10 - perhatikan kalimat “akar segala kejahatan”).

1 Timotius 6:10, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”

Di bawah matahari, ada banyak kejahatan keuangan yang terjadi. Namun perubahan tidak akan terjadi selama umat Allah melakukan kejahatan yang serupa. Di bawah atap bait Allah, nampaknya telah ada istilah ‘lahan basah’ dan ‘lahan kering’. Ada beberapa orang menganggap/menyebut beberapa bentuk pelayanan sebagai lahan basah. Sehingga mereka cenderung berambisi/berusaha mendapatkan beberapa bentuk pelayanan tersebut. Kecintaan akan uang telah membutakan mata mereka. 

1 Korintus 9:14, “Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”

Memang benar, pemberita Firman hidup dari pemberitaannya, dan hamba Tuhan berhak mendapatkan upahnya, (bahkan jemaat Tuhan pun diminta firman Tuhan untuk memberkati hamba Tuhan yang telah mengajar firman Tuhan pada mereka, Galatia 6:6) namun tidak berarti memburu uang di pelayanan dibenarkan. Kita harus kembali melihat kemurnian hati kita. Tuhan adalah penguji hati (Amsal 16:2), bila ia dapati pelayanan kita tidak didasari motifasi hati yang murni, maka bisa saja Ia akan memandang kita sebagai pembuat kejahatan (Matius 7:23). 
Untuk dapat hidup berkemenangan dalam hal keuangan, bukan dengan cara memburu uang. Kita harus mengalami terobosan dalam hal keuangan, berjalan dalam jalan-jalan berkat. Ada yang disebut sebagai kunci-kunci kelimpahan/kemakmuran, yaitu kunci-kunci yang akan membuka pintu-pintu sorga/berkat. Kita harus mengetahui dan menggunakan kunci-kunci tersebut.

Catatan:
1. Terobosan keuangan tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang miskin atau hidup dalam kekurangan secara materi, tapi juga oleh mereka yang nampaknya telah berhasil dalam keuangan. Mengapa? Karena, terobosan keuangan atau jalan-jalan berkat akan membuat umat Tuhan mampu bertahan di tengah goncangan ekonomi yang terbesar sekalipun. Jumlah tabungan atau aset kita tidak bisa kita jadikan ‘pegangan’, mereka akan segera habis bila goncangan ekonomi yang sangat besar tiba. Bukan berarti bahwa kita tidak perlu bijaksana dalam hal keuangan, menabung itu perlu dan bijaksana.

2. Ada umat Tuhan yang belum menikmati dimensi kehidupan berkelimpahan dari segi materi/keuangan karena mereka belum berhasil melakukan kunci-kunci kelimpahan/kemakmuran.

DOWNLOAD ARTIKEL SENTUHHIKMAT

ARTIKEL TERKAIT


Yedija Prima

seorang yang melayani Tuhan karena kehendak-Nya & karena Ia telah mati baginya

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak