Seorang pendeta yang murah senyum, untuk sesaat memperlihatkan keprihatinan di wajahnya, setelah saya (penulis blog) menanyakan pendapatnya tentang kondisi ekonomi belakangan ini. Ia menyatakan bahwa bila melihat tayangan televisi, membaca koran, nampaknya kondisi ekonomi tidak akan membaik. Sang pendeta memang bukan seorang pengamat atau ahli ekonomi, namun berdasarkan apa yang ia lihat dan dengar, ia bisa berpendapat tentang apa yang sedang dan akan terjadi sehubungan dengan kondisi ekonomi bangsa kita. Nampaknya, situasi ekonomi disekeliling kita sudah begitu mudah dibaca oleh siapapun.
Krisis dan goncangan ekonomi yang dialami bangsa kita dari tahun 1998 hingga kini, telah menggoncangkan 'dompet' siapa saja. Banyak orang, baik di strata ekonomi menengah-bawah juga menengah-atas, mendapati isi dompetnya makin sering mengalami fluktuasi yang tak menentu. Dan mereka juga mendapati bahwa dompet mereka makin cepat kosongnya dibandingkan beberapa tahun lalu. Keadaan ini terjadi bukan karena bertambahnya jumlah kebutuhan hidup, melainkan karena meningkatnya biaya kebutuhan hidup. Nilai mata uang kita terhadap dolar Amerika masih sangat lemah, sehingga banyak barang/kebutuhan pokok maupun sekunder yang masih tetap tinggi harganya. Belum lagi melonjaknya harga bahan bakar minyak yang sempat membuat banyak orang pusing tiga belas keliling.
Prosentase pengangguran akibat PHK dan gulung tikarnya beberapa perusahaan di negeri kita, telah meningkat hingga ke level yang sangat mengejutkan. Keadaan-keadaan tersebut memicu bertambahnya jumlah kejahatan, karena orang telah terdesak sampai pada posisi tak punya pilihan kecuali melakukan kejahatan demi mempertahankan hidup.
Beberapa orang yang mampu memprediksi perkembangan ekonomi ke depan mengatakan, akan terjadi goncangan ekonomi yang lebih besar. Secara pribadi, saya (penulis) juga melihat hal tersebut, dan nampaknya goncangan ekonomi global akan melahirkan bencana kelaparan global.
Bencana kelaparan global (di seluruh dunia) sebenarnya merupakan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Alkitab mencatatnya paling tidak di dua tempat. Di Kejadian 41:56 (pada zaman Yusuf), dan Kisah Para Rasul 11:28 (pada zaman para rasul dan zaman Klaudius). Hanya saja, bencana kelaparan yang akan segera terjadi adalah yang terakhir sekaligus yang terbesar, bahkan akan mencapai titik terendah, yaitu akan mampu mengakibatkan kematian dalam jumlah yang sangat besar (Wahyu 6:6-8).
Ibrani 11:7, “Karena beriman, maka Nuh diberitahu oleh Allah tentang hal-hal yang akan terjadi kemudian, yang tidak dapat dilihat olehnya. Nuh mentaati Allah sehingga ia membuat sebuah kapal yang kemudian ternyata menyelamatkan dirinya bersama keluarganya. Dengan demikian dunia dihukum, sedangkan Nuh sendiri karena imannya dinyatakan oleh Allah sebagai orang yang baik.” LAI
Sebelum air bah datang merendam dan membinasakan seluruh bumi, Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera. Bahtera adalah sarana Tuhan untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Tapi tahukah Anda, apa yang akan terjadi pada Nuh dan keluarganya bila Nuh tidak membangun bahtera walau Tuhan telah memerintahkannya? Mereka pasti akan binasa juga. Perlu kita sadari, bahwa yang menyelamatkan Nuh sekeluarga bukanlah bahtera, tapi Firman Tuhan. Bahtera hanyalah sarana penyelamat. Namun, bila Tuhan tidak berfirman dan Nuh tidak percaya dan taat pada Firman yang ia dengar, maka Nuh dan keluarganya beserta hewan-hewan pilihan tidak akan selamat. Pada zaman Nuh, air bah yang datang meliputi permukaan bumi, adalah sesuatu yang tak terhindarkan kedatangannya, juga terlampau besar untuk dihadapi manusia. Air bah merupakan bencana yang kedahsyatannya melampaui kepandaian, kehebatan, serta kekuatan manusia.
Demikian halnya dengan goncangan ekonomi global, goncangan tersebut merupakan ‘air bah’ yang tak terhindarkan. Percaya atau tidak, siap atau tidak, ia tetap akan datang menghantam dunia perekonomian kita. Kepandaian, kehebatan serta kekuatan manusia takkan mampu menghadapinya.
Di toko-toko buku umum (non kristiani), Anda akan menemukan buku-buku yang berisi tentang bagaimana mengantisipasi goncangan ekonomi. Dan juga ada lebih banyak buku yang menawarkan kiat-kiat untuk mencapai apa yang disebut ‘Financial Freedom’ (kemerdekaan/kebebasan Keuangan), di mana orang akan memperoleh cara-cara untuk cepat menjadi kaya serta memiliki aset kekayaan yang besar. Pada sisi-sisi tertentu, buku-buku tersebut memang menawarkan wawasan-wawasan yang dapat kita pakai, tetapi tidak semuanya. Diperlukan kedewasaan rohani untuk dapat memilah-milah mana yang dapat kita terima dan mana yang tidak.
Untuk dapat menghadapi goncangan ekonomi, buku-buku tersebut di atas tidak terlalu disarankan. Dibutuhkan terobosan keuangan bagi ‘keselamatan’ dompet Anda di akhir zaman ini. Hikmat (Firman) yang tepat akan menghasilkan terobosan keuangan yang sejati. Dan hikmat yang tepat hanya dapat diberikan oleh Tuhan melalui Roh-Nya. (Lebih baik kita mendengarkan apa yang dikatakan Roh Kudus pada hari-hari ini tentang dompet kita).
Matius 4:4, “Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." LAI
Firman Tuhan kepada Nuh telah membuat Nuh dan keluarganya tetap hidup. Ketika Allah berfirman kepada Nuh, Tuhan tidak bermaksud untuk meng-halangi datangnya air bah karena kasih-Nya pada Nuh, tapi Ia memperingatkan Nuh tentang akan datangnya air bah kemudian memerintahkan dan memberikan hikmat serta kasih karunia kepada Nuh untuk membangun bahtera. Nuh mendapatkan Firman yang tepat baginya dan keluarganya. Namun di sisi lain, Nuh menyempurnakan “keselamatannya” dari air bah dengan respon yang tepat juga. Perhatikan kebenaran ini, Nuh mendapatkan Firman (hikmat) yang tepat, dan Nuh meresponi Firman tersebut dengan tepat.
Ada beberapa orang yang meragukan akan terjadinya goncangan ekonomi global (di seluruh dunia) yang lebih besar. Namun pada kenya-taannya, kita melihat, bahwa goncangan ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 di Asia, juga dialami negara-negara lain di dunia. Pada tahun 2009 saja, banyak perusahaan besar di Amerika mem-phk ribuan pekerjanya, padahal kita tahu bahwa Amerika merupakan negara adidaya (super power). Walau nilai rupiah terhadap dolar Amerika masih sangat lemah, namun ironisnya, nilai dolar Amerika sendiri juga sedang melemah. Dengan kata lain, tidak satupun kekuatan di dunia yang sanggup menahan datangnya gelombang goncangan ekonomi saat ini.
Dunia pada hari-hari ini, sedang melihat betapa lemahnya sistem ekonomi yang mereka bangun, sehingga kita tidak dapat berharap pada kekuatan sistem tersebut. Sama seperti Nuh, kita membu-tuhkan hikmat (firman) yang tepat bagi dompet kita. Bila Anda belum menyadari hal ini, sadarlah segera. Bila tidak, Anda bisa saja ikut ‘tenggelam’ dalam goncangan ekonomi yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi.
Pada hari ini kita harus segera membangun ‘bahtera’ bagi dompet kita. Yang dimaksud dengan membangun ‘bahtera’ bagi dompet kita adalah, kita harus melakukan sesuatu yang menyebabkan kita mengalami terobosan keuangan, sehingga dompet kita berada di posisi ‘tak tergoncangkan’ di tengah-tengah goncangan ekonomi. Untuk itu kita membutuhkan hikmat (firman) yang tepat.
Lukas 5:5, Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Apa yang dialami Simon sang nelayan berpengalaman dalam Lukas 5:1-6, adalah gambaran yang tepat dari banyak orang saat ini. ‘Telah sepanjang malam bekerja keras’ mendapatkan uang namun nihil hasilnya. Makin hari orang semakin 'memutar otak' nya untuk menemukan cara bagaimana mendapatkan uang tambahan (dan bagaimana memaksimalkan penggunaan uang di tangan). Mengapa? Karena daya beli orang telah sangat menurun.
Tidaklah mengherankan bila orang membanjiri pelatihan-pelatihan yang menawarkan kiat-kiat mendapatkan ‘extra money’ yang juga terus bermunculan.
Sebenarnya kita telah masuk situasi yang makin ‘tidak masuk akal’. Seharusnya kita makin menyadari bahwa kita harus menggunakan cara ‘tidak masuk akal’ untuk mengatasi situasi yang juga ‘tidak masuk akal’. Memang benar ada yang telah menyadari kenyataan tersebut. Mereka telah menggunakan cara-cara yang ‘tidak masuk akal’ (seperti mendatangi dukun/orang pinter atau mendatangi pelatihan yang disebut di atas). Namun sayangnya ada fakta sekaligus kebenaran lain yang tidak mereka sadari, bahwa cara-cara ‘tidak masuk akal’ yang mereka tempuh memiliki keterbatasan ‘kekuatan’. Sampai batas tertentu cara-cara ‘tidak masuk akal’ itu akan berhenti memberi manfaat.
Sebenarnya, pada hari-hari ini, bukan hanya iman kita yang diuji, tapi juga prinsip-prinsip yang kita anut. Suatu hari kita akan menyadari bahwa tidak semua prinsip atau sistem yang kita anut dan gunakan adalah prinsip atau sistem yang tahan goncangan. Alkitab mengatakan, prinsip atau sistem ‘tidak masuk akal yang tahan goncangan adalah prinsip atau sistem Kerajaan Allah.
Ibrani 12:28, “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” LAI
Karenanya, kita harus menganut dan bergerak berdasarkan prinsip dan sistem Kerajaan Allah. Untuk mendapatkan prinsip/sistem Kerajaan Allah Anda harus mencarinya. Dan Anda harus mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya sebagai sesuatu yang paling penting & utama.
Matius 6:33, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Pokok perenungan: seberapa tekun seseorang mencari prinsip (kebenaran) kerajaan Allah, selalu akan menunjukkan sampai sejauh mana ia menyadari bahwa ia membutuhkan prinsip (kebenaran) kerajaan Allah tersebut.
populer di internet:
loading...