PEMBUNUHAN MURAH

Suatu kali, pembunuhan terjadi di sebuah gerbong kereta api. Sebuah media televisi memberitakannya. Dari sisi komersial, peristiwa ini mungkin tidak akan mendatangkan keuntungan bagi media pemberita, karena korban bukanlah seorang pesohor atau orang penting. Namun peristiwa tersebut tetap diangkat menjadi sebuah berita, karena sang pembunuh nekat membunuh hanya demi uang sebesar 50.000 rupiah. Mengejutkan memang, dan nampaknya keterjepitan keuangan & kebutuhan hidup telah menjadi pemicu 'pembunuhan murah' tersebut. Bila kita meluangkan waktu untuk mencari peristiwa sejenis, bisa jadi kita akan menemukan beberapa peristiwa 'pembunuhan murah', dengan pemicu yang sama. Nampaknya, uang menjadi perangsang (stimulan) dasar sebenarnya pembunuhan-pembunuhan murah tersebut.

Kisah 'pembunuhan murah' dapat kita temui di peristiwa pengkhianatan Yudas terhadap Yesus sang guru. Alkitab mengatakan bahwa Yudas menjual gurunya seharga 30 keping uang perak (sekitar 468 gram perak, sepertiga harga minyak narwastu yang dipakai Maria mengurapi Yesus), sejumlah uang yang tidak banyak. Yudas menyerahkan Yesus untuk ditangkap di taman Getsemani.
Tiga puluh uang perak adalah jumlah yang terlalu sedikit untuk mengkhianati seorang guru & juruselamat dunia. Memang Yudas tidak secara langsung membunuh Yesus, namun pengkhianatannya telah memuluskan konspirasi pembunuhan/penyaliban terhadap Yesus. Yudas sendiri tidak mengetahui tujuan utama penangkapan Yesus di taman Getsemani. Ia mengetahuinya belakangan setelah Yesus dijatuhi hukuman mati, sehingga ia sangat menyesal, penyesalan yang membawa Yudas pada bunuh diri (Matius 27:3-5). Pertanyaannya adalah, mengapa Yudas tega mengkhianati Yesus? 


Pembunuhan senilai 50 ribu rupiah & pengkhianatan senilai 30 keping uang perak, sebenarnya adalah cermin dari rasa aman yang bergantung pada jumlah uang yang ada di tangan. Dalam hal ini, uang bukanlah penyebab timbulnya kejahatan murah, namun rasa aman yang terletak pada uang. Perlu diketahui, salah satu manifestasi dari cinta uang adalah berkurangnya rasa aman ketika jumlah uang di tangan berkurang. (Pecinta uang akan makin merasa aman bila jumlah uang juga makin meningkat).
Pelaksana utama penyaliban Yesus adalah kaum farisi, dan mereka adalah pecinta uang. Baik Yudas maupun kaum Farisi hanyalah anggota 'panitia penyaliban' Yesus yang diketuai oleh iblis sendiri. Iblis sangat bernafsu membunuh Yesus, dan iblis menggerakkan Yudas juga kaum farisi dengan uang karena di dalam hati mereka ada cinta uang. (Cinta uang telah ada dalam hati Yudas dari sejak ia menjadi murid Yesus).


Lukas 16:14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. LAI
(kata "hamba-hamba uang", dalam bahasa asli Alkitab = "yang sangat mencintai uang").


Orang-orang yang mencintai uang akan mudah digerakkan oleh uang. Banyak kejahatan yang terjadi di bawah matahari dilakukan karena digerakkan oleh cinta uang, baik itu kejahatan kecil, menengah, ataupun kejahatan besar. Tidaklah mengherankan jika dikatakan "cinta uang" adalah akar segala kejahatan.

1 Timotius 6:10, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” LAI

Cinta uang adalah penyakit hati yang harus sangat 'kita pertimbangkan' untuk segera diobati, apalagi di hari-hari ini. Krisis keuangan nampaknya masih terus meningkat. Saya pribadi telah mendengar atau melihat, ada suami-suami yang terpaksa melakukan kekerasan dalam rumah tangga karena para istri mendesak para suami agar mereka berusaha mendapatkan uang ekstra. Dan ada seorang isteri yang menganggap suaminya sudah gila hanya karena sang suami tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Ada pengusaha-pengusaha warteg/rumah makan yang tega menggunakan bahan baku yang sudah busuk untuk konsumsi para pelanggan mereka yang adalah sesama manusia demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Dan sebagainya.

hikmat hari ini:
Pembunuhan murah & hal-hal buruk di atas pada dasarnya tidak akan terjadi bila kita meletakkan rasa aman kita pada Tuhan yang kekuatannya tidak terbatas. Kekuatan uang pada dasarnya sangatlah terbatas, karena ia hanyalah buatan tangan manusia. Ironisnya, kepuasan & rasa aman kita, cenderung kita letakkan pada sesuatu yang manusia ciptakan. Alangkah bijaknya bila kita bersandar pada pencipta kita saja.



Akhir kata, 2 pertanyaan berikut nampaknya patut kita renungkan & jawab:
1. Mampukah Tuhan mencukupkan kebutuhan sebuah keluarga walau sang kepala rumah tangga telah kehilangan kemampuannya untuk 'mencari uang'?
2. Mampukah uang yang banyak & aset yang besar melepaskan manusia di masa krisis ekonomi & keuangan yang terus meningkat?

Yedija Prima

seorang yang melayani Tuhan karena kehendak-Nya & karena Ia telah mati baginya

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak