Lantaran 'menipisnya' dompet, beberapa orang rame-rame menjual emas mereka, demi mencukupi beberapa kebutuhan hidup.
Sedangkan mereka yang bermodal, membeli & menyimpan emas yang kemudian akan dijual kembali ketika harga emas telah semakin tinggi (ada juga yang terus menimbun emas, sebagai 'personal insurance'). Sementara itu ada juga yang beralih profesi, meninggalkan pekerjaan tetapnya untuk menjadi pendulang emas.
Memang tak ada salahnya bersikap cerdik memanfaatkan naiknya harga emas, asal posisi hati tetap dijaga. Bagaimanapun juga Tuhan adalah benteng perlindungan yang kokoh melebihi segala bentuk perlindungan lain.
(Kenaikan harga emas, selain melahirkan demam emas, juga telah mendorong inflasi, bahkan menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2011. Bila orang masih saja meletakkan rasa aman pada emas, maka bisa jadi tingkat inflasi akan terus meninggi.)
Amsal 11:4, "Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut (hebr.= death; ruin)"
>> ruin= Destruction; fall; overthrow; defeat; etc.
'Berlindung' pada emas bukanlah sikap yang menguntungkan bagi diri sendiri. Bagaimanapun juga emas hanyalah ciptaan. Kekuatan emas tidak akan selalu dapat meluputkan/melepaskan kita dari kehancuran, kematian, kejatuhan, juga kekalahan. Yang seharusnya kita perhatikan hari-hari ini adalah bagaimana kita hidup dan juga kadar iman kita pada Tuhan. Karena dalam kedua hal itulah kita akan dinyatakan benar atau tidak.
Setiap orang yang hidup sesuai firman Tuhan serta tetap percaya kepada Tuhan, akan mendapatkan pembenaran, belas kasihan & anugerah dari Tuhan. Akibatnya, Tuhan akan melepaskan kita dari segala masalah atau kemalangan yang sedang kita hadapi (walau kita tak punya emas 1 gram pun). Walau sekarang ada 'wabah' demam emas, jangan biarkan diri kita terkena wabah yang satu ini ...